Selasa, 24 Maret 2015

Memories in 07-04-2015

Aku, Kamu, Dia, dan Mereka
Kita adalah Sahabat

Perjalanan kita hari ini cukup melelahkan yah, banyak masalah yang bermunculan tetapi kita bisa melewatinya dengan baik dan penuh kesabaran. Hujan menghadang kita untuk pergi ke kampus tercinta, kampus idaman para seniman, Fakultas Sastra. Kampus yang asri nan damai, dipenuhi lampu-lampu berpijar di pepohonan, bisa dinikmati keindahannya ketika menjelang malam. Aku dan Emma meresapi perjalanan yang becek penuh genangan air. Kita berjalan dengan satu payung, lebih romantis dari indahnya pacaran. Bagiku, romantis itu tak harus bersama pacar, tapi bersama orang-orang yang ada di dekat kita, termasuk sahabat.

Hujan begitu asyik memainkan iramanya, mengalunkan melodi-melodi indah bersama rintikan gerimis. Sedangkan kita basah kuyup, mengingat payung yang kita pakai terlalu kecil untuk berdua. Kita berteduh di depan sebuah kos-kosan yang tak begitu besar. Cukup untuk menaungi kita dari terjangan sang hujan. Kita menunggu dan menunggu sampai hujan reda. Tetapi sepertinya hujan tak ingin berhenti menjamah bumi. Dan akhirnya, kita meneruskan perjalanan menuju kampus hijau. Aku biasa menyebutnya kampus hijau, karena banyak tumbuhan hijau yang menghiasi kampus sastra. Kampus yang identik dengan warna hijau. Warna kesukaanku, dan warna kebanggaan yang mencerminkan kampus sastra tempat yang asri dengan tumbuhan hijau di dalamnya.

Di tengah perjalanan, kita berjalan pelan, karena banyak genangan air yang harus kita lewati. Tiba-tiba ada sebuah motor yang lewat di samping kita dengan kecepatan yang tak terkendali sehingga genangan air itu muncrat dan menyembur tubuh kita. Entah orang itu tidak bisa mengendarai motor, atau memang tidak melihat kalau ada orang, atau mungkin dia terburu-buru ada urusan. Aku hanya bisa tersenyum, dari kejadian itu aku mendapatkan pelajaran agar lebih berhati-hati mengendarai motor dan menghormati para pejalan kaki. Karena dari kejadian itu aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi pejalan kaki.

Setelah sampai di kampus tercinta, kita segera menuju ke kamar mandi. Mencuci kaki yang kotor dan segera menuju ke ruangan kelas. Sekarang kita UTS P.Jurnalistik. Aku dan Emma sama, sama-sama pelupa. Bahkan ruangan ujian saja kita lupa. Kita berjalan kebingungan mencari kelas. Namun belum juga ketemu. Dan akhirnya aku menyuruhnya mengambil laptop di dalam tas dan memintanya untuk melihat jadwal kembali. Ketika laptop sudah dikeluarkan, tiba-tiba teman yang satu kelas dengan kita datang. Akupun memasukkan laptop ke dalam tas kembali lalu mengikuti langkah temanku itu.

Sesampainya di kelas, kita kebingungan lagi. Bingung bagaimana cara mengerjakan ujian karena semalaman tidak belajar. Efek dari tugas Sosiologi Sastra yang mengharuskan kita deadline. Tapi yang lebih membingungkan lagi yaitu Emma. Aku melihat raut wajahnya muram dan ditekuk. Dengan santai aku bertanya kepadanya “Kamu kenapa beb?”. Namun dia masih diam lalu mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. Dia pun berkata “Beb, tadi Hpku ditaruh dimana ya??”. Aku skeptis mendengar pertanyaannya, lalu aku bertanya balik kepadanya, “Loh, memangnya tadi kamu taruh dimana beb?”. Dia pun diam dan mengingat-ingat dimana dia menaruh Hpnya. Sedangkan aku mencoba merogoh isi di dalam tasnya. Namun tak menemukan barang seperti yang dicarinya. “Kayaknya tadi aku naruh di meja depan warung ibu kosmu beb.” Katanya, sembari berharap ada orang baik yang menolong Hp itu dan mengembalikannya.

Bel tanda masuk sudah berbunyi, penjaga ruangan pun masuk lalu membagian soal dan kertas jawaban. Sebelum mengerjakan ujian, aku berkata kepada sahabatku, “Tenang beb, Hpmu gak bakalan hilang kok.” kebetulan kita duduk bersebelahan jadi aku bisa lebih bebas berbicara dengannya. Berharap agar dia bisa konsentrasi mengerjakan ujiannya dan tidak kefikiran kepada Hpnya yang hilang.

Ujian sudah selesai, Aku dan Emma segera mengambil tas dan berencana untuk pergi ke kos mengecek keberadaan Hpnya. Tapi sebelum berangkat, Aku mencoba menghubungi nomornya karena dia yang memintaku untuk mencoba memiscall nomornya. Panggilan masuk namun tidak ada jawaban. Kita bergegas menuju ke tempat dimana Emma meninggalkan Hpnya. Agar lebih cepat, aku meminta antar kepada sahabatku yang bernama Nisak. Dia selalu setia menjemput dan mengantarku. Gadis yang cantik, mungil, dan baik hati. Dia selalu pulang pergi setiap hari, dia bilang tidak dibolehin ngekos sama ortunya. Maklum, dia kan anak tunggal, jadi lebih disayang dan diperhatikan oleh orang tuanya.

Dengan berbonceng tiga yang dikendarai oleh Nisak, akhirnya kita sampai di warung tempat kos ku. Emma segera menuju ke warung ibu kos dan bertanya apakah Hpnya ada yang menolong. Dan Alhamdulillah, ada orang baik yang menolongnya dan menitipkannya pada ibu kosku. Aku melihat keceriaan lagi di wajah Emma, dia kembali tersenyum seperti semula. Dari kejadian ini aku memetik sebuah pesan yang tersirat, jangan suka teledor dalam menaruh sesuatu apalagi barang yang berharga.

Selanjutnya, kita kembali ke kampus karena ada tugas yang harus diselesaikan yaitu sosiologi sastra. Satu tugas ini membuat pikiranku mumet, rasanya otakku ingin berpindah dari belakang ke depan. Sudah semalaman mengerjakan tugas ini, tetapi masih saja belum selesai. Tugasnya mumet bin jlimet. Temanku bilang, ini tugas untuk Mahasiswa S2 tetapi sudah diberikan ke Mahasiswa S1. Hingga akhirnya kita hanya bisa mengangguk dan geleng-geleng kepala. Sesulit apapun tugasnya kalau dikerjakan pasti akan selesai. Aku menunggu teman-teman satu kelompokku di pendopo Fakultas Sastra. Mereka susah sekali disuruh berkumpul. Seperti inilah yang membuatku kesal jika ada tugas kelompok. Ujung-ujungnya masih aku yang dijadikan korban.

Setelah tugasnya selesai, kita masih saja kebingungan. Hujan turun tanpa diinginkan, sedangkan kita harus segera ngeprint tugas Sosiologi Sastra karena wajib dikumpulkan sekarang. Aku ingin marah pada hujan. Tapi hujan tak pernah salah. Hujan adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri adanya. Detik demi detik, akhirnya hujan reda. Kita cepat-cepat ngeprint tugas kemudian mengumpulkannya. Aku, Nisak, Sofi, dan Duwik satu ruangan yaitu di ruang 6. Sedangkan Emma beda kelas dengan kita.

Setelah mengumpulkan tugas, kita merasa lapar dan ingin makan bakwan. Kita bersama-sama membeli bakwan yang ada di samping ruang 1 Fakultas Sastra. Aku, Emma, Nisak, dan Sofi memesan semangkuk bakwan dan Duwik memesan sebungkus bakwan. Kita memakan bakwan bersama di Ruang 1. Kehangatan bakwan terasa begitu nikmat ketika dimakan dalam suasana hujan dan dingin.
Bakwan sudah habis, kita merasa kekenyangan dan kepedasan. Kita memesan 1 gelas air minum. Berbeda dengan Sofi, dia memesan 2 gelas air minum. Anak ini seringkali dehidrasi, mungkin kekurangan cairan. Hahahaha..

Butiran air hujan terus berjatuhan, sedangkan kita sudah lemas, ingin beristirahat, dan ingin segera kembali ke kosan. Kecuali Duwik, dia tidak langsung pulang karena masih ada ujian Filsafat. Nisak dan Sofi mengendarai motornya dan kembali ke tempat peristirahatan masing-masing. Sedangkan aku dan Emma, berjalan menyusuri jalan dengan sebuah payung sembari bermain dengan butiran air hujan. Aku menikmatinya...
Tuhan, Terimakasih untuk kebahagiaan di hari ini J

Selasa, 07-04-2015